14 October 2010

Banjir Milik Bekasi juga..

Dua hari Jakarta dan kota-kota di sekitarnya termasuk Bekasi diguyur hujan. Sudah bukan hal unik lagi kalau akibat dari hujan itu pasti macet dan banjir di mana-mana. Saya pun juga sudah sangat terbiasa dengan yang namanya macet sehabis hujan dan banjir. Tapi, kalau itu banjirnya di sekitar rumah saya (Alhamdulillah, rumah saya tidak banjir), lain soal kalau banjirnya nan jauh di sana. Walaupun masih di Bekasi juga, tapi ini jauh dari rumahnya. Berbeda daerah.

Ceritanya hari ini, saya dikepung air! Hujan sudah turun dari sekitar jam 13.30, hujannya tidak terlalu besar seperti semalam yang plus angin kencang. Berangkat ngajar juga masih santai, nyetir mobil juga masih bisa sambil tengak tengok sana sini. Masuk kalimalang, breeeesssssss... deres langsung hujannya!! Mobil dan motor ramai-ramai pakai lampu kecil, sangking jarak pandang ke depan jauh dari kata normal. Mata fokus terus! Sampai tegang sendiri ini mata. Perjalanan menuju Bekasi Timur, tepatnya ke Jati Mulya tidak lebih dari gigi 2.

Alhamdulillah-nya sampai tempat ngajar tidak telat, tepat jam 3 sore, murid saya yang pasti telat karena hujan. Berhubung hari ini saya ngajar di dua tempat, mau tidak mau pergerakan harus pakai gigi tiga. Serba gesit, serba cepat karena walaupun jarak sekolah musik yang pertama lokasinya di ruko Rafflesia dengan sekolah musik kedua di Mutiara Gading tidak terlalu jauh, tapi saya hanya punya waktu 30 menit untuk perjalanan.

Selesai di sekolah musik pertama, langsung meluncur ke sekolah musik kedua dan harus sampai jam 4 sore. Hujan masih turun, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Jalan-jalan sekitar jalan Raya Pengasinan juga sudah banyak genangan air. Pertigaan Giant belok kiri, ada gapura perumahan Pondok Timur Indah, ayooo semakin dekat sekolah musiknya dan semakin lebat juga hujannya. Sampai di jembatan yang entah orang-orang sana menyebutnya apa, tapi yang jelas air di bawah jembatan itu hampir meluap. Belok kiri lagi masuk ke kawasan perumahan Mutiara Gading, gigi dua tetep jadi andalan, pelan-pelan! Eh... tiba-tiba disuruh belok kiri sama abang-abang di situ, semestinya lurus, ternyata jalanannya baaaanjiiiir!! Banjir sebetis orang dewasa! Dibuat muter-muterin perumahan orang, mana tidak terlalu kenal dengan daerah sini. :(

Alhamdulillah lagi, tidak telat sampai sekolah musik, tepat jam 4 sore. Tapi, jalanan depan sekolah musik udah tertutup air semua, tinggal yang agak tinggian yang masih terlihat aspalnya. Aman! Karyawan-karyawan sekolah musik pada nongkrong di depan menatapi air segitu banyak pada mau lari kemana??

Baru 15 menit saya tinggal ke dalam kelas untuk ngajar murid pertama, air udah masuk ke dalam sekolah musik terbawa ombak kalau ada mobil yang lewat. Semakin histeris semua para karyawan. Sibuk semua pada ngepel lantai, saya sendiri jadi kurang konsentrasi ngajar. Murid saya pun yang bisa datang hanya dua dari empat murid, yang seharusnya selesai ngajar jam 6 jadi bisa pulang jam 5. Pulang lebih cepat 1 jam tapi bagaimana mau pulang kalau  banjir sudah sampai dengkul orang dewasa di depan sekolah musik. Menurut info orang yang lewat, jalanan menuju Pondok Timur Indah sudah tidak bisa dilewatin karena banjir sepaha orang dewasa. Beh!! Walaupun mobil saya kijang, tetep aja kalau sepaha yaa pasti kelelep juga. Terpaksa saya harus memutar jalan lewat jalan Raya Legenda Tambun.

Terobos terus jalanan banjir dengan gigi 1, pelan-pelan! Tidak enak dengan warga sekitar karena pasti ada ombak setiap mobil lewat. Ternyata memang banjirnya di sekitar ruko Mutiara Gading ini, setelah saya belok kiri melewati jembatan, jalanan tidak banjir, kering.



Keluar perumahan Mutiara Gading dan masuk jalan raya Legenda masalah banjir sudah lewat tapi masalah macet di depan. Mana lapar dan haus! Lengkap sudah. Dari mulai keluar Mutiara Gading langsung macet, mau masuk tol Grand Wisata Legenda malah tambah macet jadi harus belok kiri ke arah Tambun, dan ini pertama kalinya saya lewat sini. Tapi saya senang lewat jalan yang memang belum pernah saya lewati sebelumnya, tapi tidak di situasi hujan lebat seperti ini. Tanya ke sopir angkot di sebelah mobil, katanya kalau ke arah Jakarta belok kiri. Baiklah, belok kiri. Beh! Macet juga ternyata, hujan juga. Sabaaar!! Sepanjang jalan mikir terus, kapan jalan lurus ini berujung?!

Setengah jam kemudian, saya akhirnya sampai di perempatan Kalimas. Perempatan yang memang selalu saya lewatin kalau mau ke sekolah musik. Dari sini, perjalanan saya masih jauh menuju rumah saya di Cikunir. Tapi Alhamdulillah hujan sudah berhenti. Perjalan sepanjang Kalimalang Kalimas sampai Kalimalang Superindo lancar. Finally!! Setelah 1,5 jam perjalanan, saya sampai rumah. Biasanya perjalanan makan waktu 40 menit, ini sampai 90 menit. Bukan hanya Jakarta yang begini, Bekasi juga bisa macet dan banjir dengan indahnya.. Hikmah dibalik peristiwa banjir ini, saya jadi tahu jalan baru antara Kalimas-Tambun- Legenda-Mutiara Gading.


With Love,