22 September 2010

Situasi Baru di Lantai Sembilan

Setelah menunggu hampir satu tahun kurang, akhirnya bisa duduk juga di bangku yang empuk ini plus meja besar (bukan kursi meja merek chitose) lengkap dengan projector dan ac yang super duper dingiiiiin.. Niat awal memang bukan di lantai sembilan ini saya melanjutan sekolah yang belum tuntas, tapi memang nasib tidak memutuskan bersekolah di kawasan kuning. Yaaa apa mau dikata!! Tetap menikmatinya.. Semua memang harus dinikmati..

Masuk hari ketiga, tapi sepertinya masih butuh waktu juga untuk beradaptasi dengan situasi yang baru ini. Bukan hanya situasi baru yang harus dibiasakan ternyata situasi lama juga harus dibiasakan 'kembali'. Situasi baru dimulai dari hal sederhana, cara berpakaian.

Terlihat sepele, cuman baju dan celana. Tapi buat saya ini susah! Hampir 95% uang yang saya belanjakan untuk membeli baju, itupun bukan kemeja. Celana? Bisa setahun sekali saya beli celana, itupun celana jeans. Sedangkan yang dibutuhkan adalah kemeja dan celana bahan plus high heels (itu khusus saya). Walhasil, tiap hari pertanyaan "besok pake baju apa ya?!" dan korbannya adalah pacar dan para sahabat..

Kemudian, teman-teman seperjuangan saya di kelas A ini. WOW!! Top markotop!! Ada dua orang yang sangat kritis di dalam kelas saya. Pria dan wanita. Si pria nampak sudah sangat berpengalaman dalam hal alat-alat tes psikologi, sepertinya dia kerja di biro, sedangkan si wanita jebolan UI (udah pada tau yaa klo lulusan ui gmn). Tapi, kenapa saya belum apa-apa sudah ilfil (ilang feeling) dengan mbak-mbak UI ini, sebabnya? Hanya para sahabat saya yang tahu. Ada tiga alasan saya ilfil berat..

Terakhir, cara mengajar para dosen. Sangat berbeda sekali dengan di s1, sangat berbeda! Dibilang serius juga tidak, dibilang santai juga tidak. Hmm, mungkin lebih tepatnya dewasa. Berpikir lebih dewasa dan logis. Kita sendiri sebagai mahasiswanya juga harus mengimbangi para dosennya.

Sedangkan situasi lama yang harus dibiasakan "kembali" adalah bangun pagi dan bermacet-macet ria sepanjang kalimalang atau tol dalam kota. Mulai harus terbiasa dengan tugas dan ujian.. Fiuuuhh!!

Namun, semua itu memang saya jalani dengan hati tanpa paksaan kanan dan kiri. Demi mimpi!


With Love,