27 June 2011

Sekolah Kami, Sekolah Kita Semua..

Sekolah Kami yaa itu adalah nama dari sebuah sekolah informal bagi mereka para pemulung dan kaum dhuafa. Sekolah Kami berletak di Bekasi Barat lebih tepatnya di jl. Bintara Jaya IV gg. Masjid rt03/09 Kel.Bintara Jaya, Kec.Bekasi Barat.


Saya beserta kedua teman saya berniat datang ke Sekolah Kami untuk survey tempat magang selanjutnya. Sebenarnya tidak terlalu susah menjadi lokasi Sekolah Kami. Setelah memasuki jl. Bintara Raya silakan bertanya orang-orang di sekitar, pasti mereka tahu dan akan memberikan arah. Tapi hati-hati, jalanan menuju Sekolah Kami terbilang sempit alias pas-pasan bagi yang membawa mobil. Lokasinya memang di ujung jalan namun jangan khawatir Sekolah Kami memiliki parkir kendaraan yang cukup besar.

Sampai lah kami di Sekolah Kami. Kami bertiga tidak mengira kalau pintu bambu ini adalah gerbang menuju Sekolah Kami, setelah seorang pria mengantar kami masuk dan WOW!!! bagusnya sekolah ini. Kurang lebih hampir mirip dengan konsep sekolah alam. Banyak pohon-pohon besar hingga suasana begitu rimbun. Langsung saja kami bertiga bilang "Betah!" yaaa di sini. Sedikit menunggu dan akhirnya kami disambut oleh salah satu guru wanita berjilbab (maaf ibu saya lupa nama ibu), sedikit berbincang dengan inti maksud kedatangan kami dan langsung saja kami diantar masuk ke dalam sekolah.

Melangkah masuk ke area belajar, kami bertemu guru wanita berjilbab lainnya (lagi-lagi saya lupa namanya!) memberi arahan kepada kami tentang sekolah ini. Sekolah Kami terbilang sekolah informal dimana tetap mengacu kepada kurikulum diknas. Ketika ujian mereka menggunakan kejar paket A. Tingkatan jenjang sekolahnya pun tetap sama dengan sekolah formal yaitu SD kelas 1 - 6 tetapi tidak dibatasi oleh umur. Jika ada anak berusia 10 tahun tapi belum mampu menulis dan membaca akan tetap masuk di kelas 1 SD.


Para siswa datang tidak perlu menggunakan seragam sekolah, cukup pakaian yangt menutupi tubuh serta sandal tidak perlu sepatu, namun mereka tetap memiliki tata tertib seperti masuk sekolah jam 7 dan pulang jam 12. Tata tertib memang perlu agar para siswa belajar disiplin kata si pimpinan Sekolah Kami.

Sepertinya timing kedatangan kami ke Sekolah Kami memang sangat tepat, dimana ada satu rombongan ibu-ibu yang mengaku dari Bintaro (bintara dan bintaro kakak beradik?!) yang juga sedang berkunjung sehingga pihak Sekolah Kami akan mendemonstrasikan cara membuat kertas ulang. Yaaaa.. ikut nimbrung engga apa-apa kan yaaa tante?! hihihi..

Salah satu siswa Sekolah Kami yang sedang menjelaskan cara membuat kertas daur ulang


Kertas yang telah dipotong kecil-kecil direndam didalam air selama 30 menit

Saya sedang mencoba mencetak bubur kertas yang telah dicampur pewarna alami daun pandan
Proses pelepasan bubur kertas dari cetakan

Kertas daur ulang yang sudang berhasil dibuat. Sekarang tinggal tunggu kering.
Setelah selesai melihat proses pendaur-ulangan kertas, kita lanjut mendatangi sebuah pendopo yang di dalamnya sedang ada kelompok belajar yang ditutori oleh wanita asing yang sepertinya berasal dari Amerika bernama Dominique dan tidak hanya Dominique guru asing di Sekolah Kami ini dan lagi-lagi kami disambut oleh seorang wanita yang ketika saya lihat pertama kali inner beauty nya terlihat jelas yaa.. dialah sang pimpinan Sekolah Kami yaitu Dr. Irina Among Praja. Apakah teman-teman pernah mendengar nama beliau? Yang pasti beliau memiliki hati dan tujuan yang sangat mulia.
Kesimpulan kami setelah berbincang cukup lama dengan Dr. Irina dan Dominique yaitu bahwa mereka semua sangat terbuka dengan kedatangan dan maksud kami ke depan di Sekolah Kami. Bahkan ketika kami membicarakan mengenai prosedur magang, mereka hanya mengibaskan tangan sambil berkata "Engga perlu, datang saja. Kalian perlu apa tinggal bilang sama ibu". WOW!! Belum pernah kami bertiga disambut begitu terbukanya. Semoga hubungan baik ini akan terus terjalin sampai kapan pun.
Sebelum kami pulang, para siswa Sekolah Kami sempat menampilkan pementasan angklung. Angklung seperti extrakulikuler di Sekolah Kami yang dipelajari setiap hari Sabtu. Hasilnya? Tak kalah bagus dengan mereka yang bersekolah di gedung elite. TOP BGT!
Diperjalanan pulang, saya terus memikirkan sekolah itu, mulia sekali para pendidik di sekolah itu. Semoga tidak hanya satu atau dua sekolah-sekolah seperti Sekolah Kami sehingga semakin banyak anak-anak yang memiliki bekal di masa depannya dan kami bertiga tiba-tiba mencetuskan "Ayoo! Kita buat sekolah seperti itu!" Amiiin!! Semoga Allah mengizinkan.. Amiiiin!! :)

21 June 2011

Cinta Lingkungan, Mulai Dari Diri Sendiri..



Ingin sekali rasanya membahas dan berbagi tentang "Go Green!" Saya rasa siapa yang tidak kenal dengan istilah "Go Green!" terkecuali mereka yang sarat informasi yaa. Kembali kepada diri masing-masing mengartikan arti "Go Green!" itu apa dan bagaimana. Saya sendiri memiliki arti tersendiri, bagi saya "Go Green!" adalah segala bentuk rasa dan perbuatan mencintai lingkungan. Sederhana?! Yaa emang! Cinta Lingkungan :)

Saya mungkin tidak seperti ibu saya yang gemar berkebun. Seperti seluruh tanaman di rumah saya masuk dalam hitungan anggota keluarga. Beliau sempatkan merawat seluruh tanaman baik di halaman depan, teras, taman sampai halaman belakang rumah saya. Mungkin jika tidak ada beliau tanaman yang tersisa di rumah saya tinggal tanaman teh-tehan atau pohon sukun di halaman depan. Tapi karena ketelatenan beliau rumah saya jadi penuh tanaman warna-warni. Saya rasa hobby ibu saya itu termasuk dalam rasa dan perbuatan cinta lingkungan dan itu sudah ada sebelum slogan "Go Green!" marak..



Di sini, saya hanya ingin berbagi seperti apa dan apa saja yang saya lakukan untuk bisa lebih mencintai lingkungan karena jika tidak dimulai dari diri sendiri dan jika tidak kita sendiri maka siapa lagi yang bisa mencintai lingkungan kita yang sudah tua ini. Sungguh tidak ada hasrat untuk besar kepala hanya sekedar memenuhi isi blog saya saja.. ;)

Siapa sih yang engga suka membeli minuman di dalam kemasan baik botol ataupun karton? Hobby keluarga saya itu! Mau susu, sirup, jus dan seluruh keluarganya itulah yang sering kami beli. Terus kalau sudah diminum, botol-botol bekasnya dikemanain?? Jaman dahulu sebelum keluarga saya mengenal Pak Purnomo sebuah botol-botol bekas itu masuk ke dalam bak sampak di depan rumah saya. Tapi semenjak 10 tahun mengenal Pak Purnomo, semua jenis botol bekas, kerdus bekas mau bekas apapun itu kami masukkan dan kumpulkan jadi satu di dalam kantong plastik kemudian seminggu sekali Pak Purnomo akan menjemput "mereka" semua. Yaah! Pak Purnomo adalah pahlawan bagi keluarga saya.
Jadi bak sampah di depan rumah saya jarang sekali dikunjungi oleh pemulung. Sekalinya ada pemulung, mereka selalu tidak mendapatkan apapun. Sorry man! :)
Selain itu, setiap kali saya jajan ke Indomaret ataupun Alfamart dan hanya membeli Magnum sebiji, saya pasti akan mengatakan "Engga usah dikantongin, Mas/Mbak!" Sebisa mungkin jika saya hanya berbelanja 4-5 item dan bisa saya masukkan ke dalam tas maka saya akan menolak menggunakan kantong kresek. Tak perlulah yaa saya jelaskan panjang lebar bahayanya limbah plastik bagi lingkungan kita ini, toh teman-teman sekalian pasti sudah pintar dan khatam :)
Btw, saya ingin bertukar cerita tentang pengalaman saya di negara tetangga yang saya kunjungi sebulan yang lalu. Semoga teman-teman tidak memandang sebelah mata yaa dengan cerita saya ini. Dengan sangat tidak terpaksa saya mengacungkan jempol untuk Malaysia.
Ceritanya ketika saya berada di Plaza Gurney Pinang dan sedang berada di kasir Vincci. Tiba-tiba Macik kasir bilang kepada saya yang kurang lebih artinya jika saya ingin menggunakan kantong pastik alias plastic bag silakan membayar sebesar 2 sen. WHAAAAATTT?! Buat kantong plastik alias kantong kresek aja saya harus bayar?! Dan akhirnya saya lebih memilih memeluk kerdus sepatu Vincci dan rela diliatin banyak orang selama berada di dalam plaza. Bukan berarti saya pelit untuk mengeluarkan uang 2 sen, tapi kembali lagi kepada prinsip saya, yaah! Cinta lingkungan!

Selama kurang lebih 4 hari saya berada di pulau Pinang, saya bisa memberikan kesimpulan bahwa tidak semua toko menjual kantong plastik, bahkan Watson Malaysia di dalam Plaza Gurney dengan terang-terangnya tidak memberikan fasilitas kantong plastik. Jadi untuk yang membeli banyak barang yaa silakan membawa kantong sendiri, jika tidak membawa yaaa derita lo deh!! hahaha.. :D Namun sepertinya hal ini belum berlaku untuk toko-toko kecil atau pedagang kaki lima di dekat Hotel Shangrilla Rasa Sayang Resort Pinang. Semua pedagang di sana masih menggunakan kantong kresek hitam yang baunya menyengat itu loh!
Saya rasa, Indonesia seharusnya mengikuti aksi penghematan kantong kresek seperti Malaysia dan tidak perlu sungkan, ataupun bahkan sampai meributkan siapa yang terlebih dahulu penggagas aksi tersebut. Malu aah!!
Saya pernah ketika sedang berbelanja di toko buku Gramedia dan ketika di kasir saya mengeluarkan kantong belanja pribadi saya. Sudah ditebak, orang-orang di sekitar kanan kiri saya semua melihat saya. Risih?! Yaiya!! Secara cuman kantong doank, pada udik yaa?? Sampai dalam hati saya berkata "Emang aneh yaa pak?! Belum pernah liat kantong sekeren kantong saya?!" .
Sepertinya di supermarket-supermarket besar di Indonesia sudah banyak yang menjual tas belanja yang terbuat dari kain. Kenapa itu tidak dimanfaatkan?! Memang harga tidak semurah kantong kresek (yaiyalah kresek gratis!!) tapi kan dapat dipergunakan sampai ratusan kali belanja dan warna/modelnya juga keren-keren koq. Saya dan pacar pun ikut membeli 2 tas belanja untuk diri kami masing-masing. Niat kami, setiap kami belanja kami menggunakan tas tersebut. Semoga niat baik kami ini bisa berjalan lancar dan bersifat permanen :)


Lain cerita, sebisa mungkin dan sesadar mungkin saya berusaha untuk tidak membuang sampah sembarangan baik di jalanan, di mobil, di angkutan umum, di halte, di kampus, di rumah pokoknya di manapun saya berada saya tidak akan membuang sampah sembarangan kecuali jika saya khilaf (namanya juga manusia). Kan tidak berdosa jika bungkus permen yang secuil itu disimpan dulu di dalam kantong celana ataupun di dalam tas. Kan tidak sulit untuk memegang botol kosong bekas air mineral. Kalau tidak mau repot-repot menampung sampah tersebut, silakan untuk tidak makan permen atau tidak minum. Silakan makan permen atau minum ketika di depan anda tersedia tempat sampah. Maksud saya tempat sampah yang berbentuk tong bukan gundukan sampah di pinggir jalan. :(

Tidak sekali atau dua kali tapi berkali-kali saya melihat para pengemudi mobil mewah (catat!! mobil mewah yang harusnya minum pertamax!) membuang sampah ke jalan dari jendela mobilnya yang hanya dibuka sedikit. Malu yaa pak bu keliatan?! Mereka tidak ingin mobil mewah mereka kotor tetapi mereka malah mengotori jalanan. Semoga para pengemudi tersebut bisa segera menyadari kesalahan mereka, kalau tidak juga sadar, semoga rumah mereka kebanjiran akibat ulah mereka sendiri! Amin! Mobil saya saja yang tipe tahun 90-an mempunyai tempat sampah imut berwarna hijau di dalamnya. Rasanya malu jika teman atau seseorang yang mobilnya saya tumpangi melakukan hal bodoh tersebut. Semoga para pengemudi mobil mewah itu bukan salah satu orang yang saya kenal.


Saya menyadari 100% bahwa aksi-aksi "Go Green!" yang saya lakukan masih jauh dari kata WOW! daripada mereka yang diluar sana yang lebih "Go Green!" hingga sampai membuat suatu aksi "Tanam 1000 Pohon" tapi setidaknya jika ada 1000 orang seperti saya bukankah lingkungan akan lebih mencintai kita?! Sepertinya tidak sulit melakukan aksi "Go Green!" mulailah dari hal yang sangat sederhana pada diri kita sendiri. Toh, akan terlihat lebih indah jika dimulai dari diri kita sendiri tanpa menunggu orang-orang di sekitar kita hanya untuk mencintai lingkungan :)


Btw, saya ingin bertanya kepada para peserta aksi "Tanam 1000 Pohon". Kira-kira setelah 1 tahun aksi tersebut berlangsung, berapa pohon yang tetap hidup dengan sehat?! Semoga saja tidak kurang dari setengahnya yaa. Menurut saya, sebaiknya aksi "Tanam 1000 Pohon" tidak berakhir sampai disitu saja, lebih baik jika dilanjutnya dengan aksi "Rawat 1000 Pohon", kemudian "Panen 1000 Pohon" bahkan kalau perlu sampai aksi "Peremajaan 1000 Pohon". Kan sayang saja jika 1000 pohon yang telah ditanam kemudian ditinggal pergi oleh si penanamnya, biaya penanaman pohon tersebut tentunya tidak memakan sedikit biaya. Betul tidak yang saya katakan pak bu?! Teman-teman sekalianlah yang bisa menilai. :)

15 June 2011

Sushi murah, Sushi enak yaaaa.. Rumah Sushi

Jujur saja, saya bukan pecinta Sushi walaupun saya doyan. Tapi jika disuruh memilih menu lain maka saya akan lebih memilih Dimsum :)

Ngomongin soal Sushi, apakah kalian tahu ada tempat makan Sushi baru namanya Rumah Sushi? Pastilah udah banyak yang tahu. Engga mungkin saya yang bukan maniak Sushi menjadi orang pertama yang tahu soal Rumah Sushi.. hihihi..

Untuk pertama kalinya ke Rumah Sushi, saya diajak sahabat saya untuk cicip-cicip Sushi di sana. Maklum dua sahabat saya itu maniak Sushi, lebih tepatnya maniak mencicipi tempat baru..
Untuk mencari lokasi TKP sebenarnya engga susah-susah banget, kalau engga salah satu sahabat gw menyasarkan kita semua. Akhirnya kita mengelilingi taman Suropati sambil dua kali, udah niat kalau sampai tiga kali mari kita pulang saja. :p
Lebih tepatnya Rumah Sushi berlokasi di Jl. Syamsu Rizal no.2 Menteng.

Sampaaaaaaaiiiiii... "Mana wi tempatnya?!" Itu pertanyaan pertama saya saat sahabat saya meminta mobil berhenti dan parkir. Lokasi Rumah Sushi memang di pinggir jalan tapi engga ada papan besar yang menunjukkan Rumah Sushi, hanya ada spanduk di depan pagar yang bertuliskan "Rumah Sushi". Untuk masuk ke dalamnya kita harus berjalan sekitar 50m (maaf kalau salah, saat itu saya engga bawa meteran). Oalaaaah.. ternyata kedainya ada di halaman belakang rumah. Tempat yang sederhana tapi cukup nyaman bagi saya dan sahabat.

Saat saya masuk, tamu belum ada, mungkin karena baru buka. Rumah Sushi baru buka pada jam 3 sore sampai jam 10 malam sedangkan di weekend buka jam 5 sore dan tutup lebih lama jam 12 malam.

Baiklah, saatnya order.. Kami bertiga tapi pesan 5 piring Sushi :D hihihiihi.. Kami pesan: salmon maki, bella luna, 2 piring tomodachi & bull's eye. *kenyaaaang!
Bull's Eye




Tomodachi
Soal rasa menurut saya memang enaaaaak sekaleeeee, lebih enak Rumah Sushi aah dibanding rumah makan Sushi lainnya. Rasanya memang lebih familiar dengan lidah orang Indonesia. Tidak tercium amis. Tidak perlu mayonaise lagi sebagai tambahan. Pokoknya orang awam pasti suka deh. Bahkan pacar saya aja yang engga doyan Sushi pas saya ajak kesini langsung doyan.

Tapi koq lagi2 menurut saya yaaa, antara Tomodachi, Bull's Eye dan Bella Luna engga terlalu terasa yaa perbedaannya. Menurut saya rasanya hampir sama walaupun sama2 enak. hihihi.


Kalau ngomongin soal harga, Rumah Sushi lebih cakeeeep di kantong!! Mottonya saja "Nggak perlu nabung buat makan sushi enak!!" untuk seporsinya Salmon Maki cukup Rp. 13.000, Bella Luna Rp. 26.000, Tomodachi Rp. 22.000 dan Bull's Eye Rp 23.000 Murah meriah!! :D Makan bertiga cukup Rp. 120.000 udah kenyang sampai begaaaaah..

Minumannya standar dan tetap bikin kantong senang. Kalau saya suka dengan ice lemon tea cukup dengan Rp. 4.000. Engga terlalu asem juga.

Pokoknya mah puas makan Sushi di Rumah Sushi. Lain kali pasti saya ke sini lagi. Semoga Rumah Sushi bisa semakin berkembang yaa.. :D