14 May 2011

Serumpun Tapi Tak Sama..

Agak sedikit bingung mau bercerita apa tentang negara yang masih satu rumpun dengan Indonesia ini. Sejujurnya sy pribadi tidak ada rasa "sensitif" dengan Malaysia. Sy tidak mempermasalahkan semua masalah yang sudah ataupun tengah terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Kemiripan budaya yang dipermasalahkan selama ini karena yaa memang karena kita ini satu moyang. Wajar lah kalau ada yang sama budayanya. Okeh! Sy bukan mau membahas soal miripnya budaya. Hmm... hmmmm.... apa ya?! Mau bahas?!


Jika kita semua ingin hidup rukun dan damai, bapak sy selalu berkata "Carilah persamaan diantaranya jika mau rukun, jangan mencari perbedaan yang pasti akan memperpecah belah kita semua!" Jelas sy setuju sekali dengan kata-kata bapak sy ini, bagaimana dengan anda?! Maka dari itu, sepertinya saya akan membahas persamaan antara Malaysia dan Indonesia, itupun sesuai dengan kapasitas pengetahuan sy yang pas-pasan selama 6 hari ini :)


Lets start it..


1. Bahasa. Jelas bahasa Malaysia dan Indonesia sama-sama memakai bahasa Melayu yang dibawa dan disadur dari bangsa Portugis jaman dahulu. Namun, di masing-masing negara diadaptasi agar lebih nyaman di kuping dan diucapkan. Jadi tidak perlu khawatir lah buat yang tidak fasih bhs Inggris. Orang Malaysia akan mengerti dengan apa yang kita ucapkan dengan bhs Indonesia :D


2. Sopan Santun. Jika kita menunjukkan sesuatu dengan jari kita, mungkin kalau orang barat sana menggunakan jari telunjuk. Tapi Malaysia dan Indonesia sama-sama menggunakan ibu jari untuk menunjuk. So Polite!


3. Kendaraan. Malaysia dan Indonesia sama-sama menggunakan setir kanan dan berjalan di sebelah kiri. Sama bukan? Seperti berkendara di Indonesia rasanya kalau sy sedang naik taxi di sini. Btw, taxi di Malaysia disebut Teksi dan di Indonesia disebut Taksi.


4. Makanan. Sy di sini tidak terlalu sulit menyesuaikan lidah sy dengan makanan-makanan di sini tidak seperti di Jepang dimana sy lebih sering makanan cepat saji Yoshinoya. Pasti kalian semua sudah kenal betul dengan nasi lemak, yaa kalau di Indonesia mah namanya nasi uduk. Rasanya pun sama, toping pelengkapnya pun hampir kurang lebih sama dengan nasi uduk.


Sepertinya masih banyak lainnya persamaan antara Malaysia dan Indonesia, tapi kenapa yang sy ingat cuman segini ya?! :( Kalaupun begitu akan sy lanjutkan nanti jika sy sudah sampai di Indonesia nanti.. Keep Reading!! ;)

10 May 2011

Seminar Indigo


SPEKTRAL Psychological Organizer menyelenggarakan seminar yang bertemakan " Fenomena Indigo, Rekayasa Genetik atau Keturunan kah?!" ini memiliki tujuan yaitu:
1. Memperkenalkan tentang dunia Indigo langsung dari para ahlinya.
2. Memahami lebih jauh seluk beluk dunia indigo tanpa menyudutkan pihak-pihak tertentu.
3. Mengetahui apakah Indigo itu didapat karena adanya rekayasa genetik atau keturunan..

Acara ini akan dihadiri oleh:
1. Tika Bisono, M.Psi, psikolog
2. dr. Elfida Zulkarnain (sebagai nara sumber)
3. dr. Ferdinan (sebagai nara sumber)
4. Soraya Haque (sebagai moderator)

Yang akan diselenggarakan pada:
Hari Jumat. Tanggal 20 Mei 2011. Jam 13.00 - 16.00.
Di Ruang Serba Guna Hotel Mega Proklamasi
jl. Proklamasi No.40-42, Jakarta Pusat 10320

HTM:
Rp.150.000,- u/ umum
Rp. 130.000,- u/ member SPEKTRAL
bayar 6, gratis 1 (kursi terbatas)

CP:
Minggo: 0856.8888.972 / @aMinggo
Uie:0856.113.056/ @uiewargasasmita

info lebih lanjut:
email = spektral_org@ymail.com
fb= Spektral Organizer
twitter = @spektral_org

Kami tunggu pasrtisipasi dari anda semua, sampai ketemu! :)

Dunia Anak, Dunia Bermain..

Kali ini giliran saya magang di sekolah TK Islam Fitria III. Lokasinya bener-bener dekat dari rumah, menyenangkan yaa!!! :) tinggal naik motor, 3 menit sampai deh di sekolah..

Sekolah ini berlandaskan agama Islam, jadi memang diwajibkan para guru mengenakan jilbab termasuk saya yang statusnya magang. Perlengkapan jilbab sudah saya siapkan jauh-jauh sebelumnya. Tx Dewi :*

Mulai magang di sini dari tanggal 18 April sampai dengan 3 Mei. Ternyata lebih engga disangka. Menangani anak TK lebih banyak harus makan sabar! Ampuuuuun!! Memang seperti yang kalian kira, pasti lucu, yaa memang lucu-lucu mereka ini.Pasti senang deh! Iyaa memang menyenangkan banyak warna-warni di sana-sini. Tapiiiiii.. ternyata beban pelajaran anak TK sekarang gila yaaa!! berat cuy!! Salut deh buat anak TK sekarang.. Huft!


Setiap pagi sehabis mereka para anak TK berbaris dan sebelum memulai pelajaran, mereka diwajibkan berdoa kemudian membaca hafalan surat-surat pendek. Hebaaaat mereka rata-rata sudah hafal surat-surat pendek bukan hanya surat An-Nas atau Al-Ikhlas, tapi surat sampai Al-Ma'un (bener kan yaa tulisannya?!) bahkan mereka sudah hafal ayat kursi.. Saya saja hafal ayat kursi pas SMP, itu juga karena mau ujian praktek agama.. *malu :)


Selain beban pelajaran mereka yang cukup berat dibandingkan waktu saya TK (yaiyalah!), waktu belajar di sekolah pun anak TK lebih lama dibanding dengan anak SDN di tempat saya magang sebelumnya. Apa memang berbeda yaa waktu belajar antara di TK swasta dengan di SD negri? Ada yg tahu kenapa?


Kembali ke TK, permasalahan di TK kurang lebih hampir sama dengan di SD. Yaaa.. namanya juga permasalahan pendidikan. Engga jauh dari slow learner, under achiever, diskalkulia, disleksia, motivasi, sosialisasi, kematangan dan sebagainya.


Namun, sepertinya permasalahan di hampir setiap TK yang sering saya dengar adalah kematangan sekolah. Ada orang tua yang merasa bahwa putra-putrinya sudah pintar baca-tulis-hitung (calistung) dan ingin langsung dimasukin ke SD padahal usia anak masih di bawah standar masuk SD. Btw, apakah kalian tahu bahwa standar pemerintah untuk bisa masuk SD kelas 1 adalah usia 7 tahun. Menurut kalian bagaimana kalau kasusnya seperti itu?! Apakah ada dampak positif dan negatif dari kasus usia anak belum siap masuk SD tapi karena sudah bisa calistung langsung saja dimasukkan ke SD?!


Menurut saya pribadi (pandangan subjektif yaa), alangkah baiknya jika si anak tetap mengikuti pelajaran di TK walaupun dia sudah bisa calistung. Mungkin memang secara pendidikan dia sudah sangat siap untuk mengenyam bangku SD tapi secara emosional? secara sosial? bagaimana? Mungkin memang terkadang anak akan bosan jika pelajaran yang dipelajari di sekolah sudah ia kuasai, namun hal ini bisa diakali dengan cara lain. Jika si guru adalah orang yang peka, ia akan tahu di sisi mana si anak masih terlihat kurang atau lemah, maka disitulah si anak akan lebih dibina agar ketika masuk SD si anak sudah lebih siap dibanding sebelumnya.


Ada lagi kasus, kebalikan dari kasus di atas. Kasus dimana si anak sudah akan memasuki usia bangku SD tapi belum bisa sama sekali calistung. Jangankan calistung, untuk berbicara yang jelas saja si anak belum mampu. Bukan masalah yang dijadikan masalah jika si orang tua memahami hal tersebut sehingga menunda waktu masuk SD dan kembali mengulang di TK. Tapi jika orang tua malah bertindak sebaliknya, malah memaksakan pihak sekolah untuk mengeluarkan ijazah kelulusan bagi anaknya untuk dapat langsung masuk SD, bagaimana jadinya penerus bangsa Indonesia?!


Saya berpendapat seperti ini hanya berdasarkan pendapat kasat mata saja, bukan berdasarkan teori-teori para tetua saya seperti Jung, Bandura, atau lainnya. Maka, jangan diambil hati yaa :)