Masih berlaku engga yaa kalimat "Orang Indonesia adalah orang yang ramah tamah & sopan santun"??
Kira-kira di jaman ini apa iyaa masih ada orang Indonesia yang masuk dalam kategori ramah tamah & sopan santun?! Kalaupun ada pasti hanya sekian persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sebenarnya, koq bisa yaa orang Indonesia bisa dibilang orang yang ramah tamah & sopan santun yaa?? Ada yang tahu alasannya??
Padahal, di bangku sekolah terutama SD pasti diajarin yang namanya mata pelajaran PMP(Pendidikan Moral Pancasila), ada kan pasti hubungannya dengan ramah tamah & sopan santun. Guru-guru kita pun secara tidak langsung pasti memberikan pelajaran sopan santun di dalam kelas. Bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana cara bertingkah laku dengan orang yang lebih muda, bagaimana cara kalau berjalan di depan orang tua, bagaimana cara izin masuk ruangan dan sebagainya. Nah, kalau yang tidak bersekolah gimana cara belajar tata krama & sopan santunnya?!
Apakah belajar tata krama & sopan santun harus di bangku sekolah??
Kenapa kali ini saya bicara soal ramah tamah, tata krama & sopan santun, karena suatu kejadian yang pasti hampir setiap orang mengalaminya ketika berkendaraan umum Bekasi via Kalimalang. Anda sekalian pasti sudah hafal betul bagaimana cara para sopir angkutan umum (angkot) berlalu lintas. Angkutan umum saya berhenti karena ada seorang anak SMA yang menghentikannya, namun tiba-tiba angkot saya dipukuli oleh beberapa pengguna motor dari arah samping. Merasa tidak melakukan hal yang salah, si sopir langsung marah ke pengguna motor. Kata-kata kasar dan tidak sopan dikeluarkan baik sopir dan pengguna motor. Menurut pengguna motor, si sopir kurang ke pinggir berhentinya hingga membuat kemacetan, bahkan hampir terjadi tabrakan diantara pengguna motor lainnya. Bukan hanya antara si sopir & pengguna motor saja yang memanas saat itu, namun penjual siomay pun yang sedang mangkal di dekat TKP juga ikut memanas, ikut-ikut mengeluarkan caci-maki. Apa coba urusan si tukang siomay?? Bukannya melerai malah menambahi. Begitulah orang Indonesia! Mudah terpancing!
Dari tragedi angkot hari ini, benar-benar membuat saya berpikir, begini amat ya tata krama orang Indonesia. Sopan santunya diumpetin di mana sih?? Pernah belajar sopan santun tidak ya??
Apa ada hubungannya antara tingkat kesopanan dengan tingkat pendidikan seseorang?!
Dilihat kenyataannya, menurut saya, orang yang pendidikannya tinggi tidak menjamin memiliki sopan santun yang tinggi pula. Begitu juga sebaliknya orang yang tidak memiliki jenjang pendidikan belum tentu tidak memiliki sopan santun. Namun sopan santun itu ada karena adanya faktor kekeluargaan dan faktor lingkungan. Selain di bangku sekolah,sopan santun pasti juga diajarkan di dalam keluarga dan dipraktekkan di luar rumah dengan masyarakat. Namun, jika salah satu faktor tidak mendukung, kemungkinan besar sopan santun tidak akan ada!
With Love,Kira-kira di jaman ini apa iyaa masih ada orang Indonesia yang masuk dalam kategori ramah tamah & sopan santun?! Kalaupun ada pasti hanya sekian persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sebenarnya, koq bisa yaa orang Indonesia bisa dibilang orang yang ramah tamah & sopan santun yaa?? Ada yang tahu alasannya??
Padahal, di bangku sekolah terutama SD pasti diajarin yang namanya mata pelajaran PMP(Pendidikan Moral Pancasila), ada kan pasti hubungannya dengan ramah tamah & sopan santun. Guru-guru kita pun secara tidak langsung pasti memberikan pelajaran sopan santun di dalam kelas. Bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana cara bertingkah laku dengan orang yang lebih muda, bagaimana cara kalau berjalan di depan orang tua, bagaimana cara izin masuk ruangan dan sebagainya. Nah, kalau yang tidak bersekolah gimana cara belajar tata krama & sopan santunnya?!
Apakah belajar tata krama & sopan santun harus di bangku sekolah??
Kenapa kali ini saya bicara soal ramah tamah, tata krama & sopan santun, karena suatu kejadian yang pasti hampir setiap orang mengalaminya ketika berkendaraan umum Bekasi via Kalimalang. Anda sekalian pasti sudah hafal betul bagaimana cara para sopir angkutan umum (angkot) berlalu lintas. Angkutan umum saya berhenti karena ada seorang anak SMA yang menghentikannya, namun tiba-tiba angkot saya dipukuli oleh beberapa pengguna motor dari arah samping. Merasa tidak melakukan hal yang salah, si sopir langsung marah ke pengguna motor. Kata-kata kasar dan tidak sopan dikeluarkan baik sopir dan pengguna motor. Menurut pengguna motor, si sopir kurang ke pinggir berhentinya hingga membuat kemacetan, bahkan hampir terjadi tabrakan diantara pengguna motor lainnya. Bukan hanya antara si sopir & pengguna motor saja yang memanas saat itu, namun penjual siomay pun yang sedang mangkal di dekat TKP juga ikut memanas, ikut-ikut mengeluarkan caci-maki. Apa coba urusan si tukang siomay?? Bukannya melerai malah menambahi. Begitulah orang Indonesia! Mudah terpancing!
Dari tragedi angkot hari ini, benar-benar membuat saya berpikir, begini amat ya tata krama orang Indonesia. Sopan santunya diumpetin di mana sih?? Pernah belajar sopan santun tidak ya??
Apa ada hubungannya antara tingkat kesopanan dengan tingkat pendidikan seseorang?!
Dilihat kenyataannya, menurut saya, orang yang pendidikannya tinggi tidak menjamin memiliki sopan santun yang tinggi pula. Begitu juga sebaliknya orang yang tidak memiliki jenjang pendidikan belum tentu tidak memiliki sopan santun. Namun sopan santun itu ada karena adanya faktor kekeluargaan dan faktor lingkungan. Selain di bangku sekolah,sopan santun pasti juga diajarkan di dalam keluarga dan dipraktekkan di luar rumah dengan masyarakat. Namun, jika salah satu faktor tidak mendukung, kemungkinan besar sopan santun tidak akan ada!
No comments:
Post a Comment