Makanan pertama yang sudah ditargetkan untuk dimakan sesampainya di Jepang adalah Yoshinoya. Kangen banget rasanya makan Yoshinoya yang memang asli dari Jepang, bukan yang di Grand Indonesia atau Mall Kelapa Gading. Empat tahun tidak pernah lagi makan Yoshinoya memang cukup membuat saya lupa rasa asli dari bumbu di beefnya.
Sepertinya saya berjodoh dengan Yoshinoya, hotel Rose Garden Shinjuku tempat saya menginap ternyata bersebelahan dengan Yoshinoya dan 7eleven. Jadi untuk urusan perut tidak khawatir lah yaa..
Sayangnya, tadi siang sayang langsung mencicipi menu beef Yoshinoya kegemaran saya tapi saya malah merasa kecewa. Yoshinoya yang dulu sepertinya berbeda dengan yang sekarang. Dari harganya saja sudah berbeda, rasanya jadi lebih murah dibanding dulu di tahun 2006 dimana 1 mangkok beef dan nasi dihargai 500 yen sedangkan sekarang 380 yen. Porsinya pun sedikit berubah, porsi beefnya jadi lebih sedikit walaupun rasa beef tetap sama.
Setelah makan siang, langsung berencana jalan-jalan naik JR (Japan Railway), mengingat kembali jalur JR karena ada 14 jalur kereta. Bagaimana saya tidak takut tersasar di negeri orang?!
Perjalanan dimulai dari stasiun Shinjuku. Konon stasiun Shinjuku adalah salah satu stasiun terpadat di dunia. Orang-orang berjalan dengan kecepatan tinggi seperti lalat terbang tapi hebatnya tidak saling bertabrakan. Kalau di Indonesia, motorlah yang seperti lalat. Rencana sore ini, si Babe ingin survey tempat meeting di daerah Yotsuya. Dari stasiun Shinjuku, saya naik Marunouchi Line (warna merah) yang ke arah Ikeburo dan turun di Stasiun Yotsuya. Suasana pada pukul 15.47, matahari seperti sudah mau terbenam.
Dari Yotsuya, lanjut lagi ke daerah Roppongi. Kali ini saya naik Nambuko Line (warna hijau tosca) menuju Roppongi. Di roppongi hanya mampir sebentar, langsung balik ke Nishi Shinjuku. Dari Roppongi tidak ada kereta yang langsung ke Nishi Shinjuku, jadi harus ganti kereta di Yotsuya seperti saat berangkat tadi.
Stasiun Shinjuku dengan stasiun Nishi Shinjuku hanya berbeda satu stasiun. Nishi Shinjuku lebih dekat dengan hotel, jadi saya memutuskan turun di stasiun Nishi Shinjuku. Selain lebih dekat dengan hotel, suasana stasiunnya juga jauh lebih lenggang dibanding Shinjuku.
Punggung saya rasanya sudah pegal luar biasa tapi kalau kaki masih penasaran untuk terus melangkah. Lanjut jalan, ke kawasan pertokoan di sekitar Shinjuku. Si Babe hobby sekali ke pertokoan di Shinjuku, salah satu toko favoritenya adalah toko kamera Yodobashi. Ceritanya dulu saat saya masih kecil, setiap Babe pulang dari Jepang dan membawa buah tangan pasti salah satu kantong pembungkusnya ada yang bertuliskan "Yodobashi", sekarang saya bisa melihat langsung seperti apa bentuk toko kamera Yodobashi itu, bukan hanya melihat dari kantong pembungkusnya. Kawasan pertokoan di Shinjuku ini hampir semua berisi rumah makan, tidak terlihat toko yang menjual aksesoris wanita.
Selesai dari Yodobashi, kaki dan punggung sudah mulai tidak bisa diajak kompromi, harus segera diistirahatkan! Suhu udara juga sudah mulai menurun. Anginnya bikin badan gemetar. Saat perjalanan pulang menuju hotel, si Babe melewati jalan yang kelihatannya memutar. Kata beliau, "Mau lihat patung LOVE engga? Yang dulu Bapak pernah kasih lihat fotonya?!" . Langsung bersemangat kaki ini untuk segera melangkah. Hoooo.. Ini toh patung LOVE yang terkenal itu, yang salah satunya berada di Shinjuku Tokyo. Selain itu patung LOVE ini ada di beberapa kota di belahan dunia, seperti di Amerika, Jerman, Spanyol, London, Israel, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Filipina, dan Indonesia (Bandung City Hall dan Gandaria City Jakarta). Penasaran makna arti dari patung LOVE ini, silakan baca disini!
Sayonara! :)
No comments:
Post a Comment